Laman

Senin, 30 Mei 2011

Camera DLSR Dalam Pikiran

Waktu kecil, saya punya banyak permintaan yang tidak nyambung dengan keadaan saya. Ketika anak-anak lain gembira dengan memiliki sepedanya, saya malah bermimpi memiliki komputer. Membayangkan menjadi drafter design adalah sesuatu yang memabukkan luar biasa. Tapi susah sekali untuk menyalurkan hasrat ini. Jangankan untuk membeli, untuk meminjam aja pada saat itu sulitnya luar biasa, karena komputer berada jauh diluar jangkauan.

Hobi saya berkembang ke musik. Bisa bermain gitar dan memiliki gitar adalah mimpi besar saya selanjutnya. Tapi satu-satunya alat musik yang saya punya adalah mulut saya. Dengan mulut, saya bisa meniru bunyi alat musik apa saja. Sedangkan gitar hanya milik segelintir anak-anak kota.
Menyadari ini, saya merasa menjadi anak dengan salah hobi. Kesalahan ini saya perbesar sendiri. Gitar saja tidak terjangkau, malah bermimpi punya camera DLSR. Camera DLSR hanya bisa saya impikan karena tidak layak untuk saya miliki. Pada awalnya perasaaan itu hanya sebatas persoalan ekonomi, tapi lalu berkembang menjadi persoalan psikologi. Camera DLSR adalah barang mahal, cocoknya ada di rumah yang mahal, dan dimiliki oleh anak-anak orang mahal.
Celakanya, merasa bukan sebagai orang mahal itu terus menetap. Tepatnya ketika saya harus benar-benar memiliki Camera DLSR. Saya nyaris tidak percaya.  Jika cuma membeli Camera DLSR secara barang, saya mampu secara ekonomi. Tapi bahwa secara perasaan, rasa tidak layak itu mengendap permanen. Sungguh serupa insting gajah yang patuh dengan seutas tali. Tali lemah, tapi kuat secara kejiwaan. Gerakan gajah hanya akan sebatas lingkaran tali. Ini karena pikiran dalam gajah itu.
Saya lama terkondisi dengan pikiran seperti ini. Ketika ini saya sadari, akhirnya saya bertekad membeli  camera DLSR. Apakah camera DLSR itu benar-benar mahal? Tidak! karena ini bukan grand DLSR dengan tuts gading gajah, ini adalah camera  DLSR tuk pemula. Tidak peduli siang dan malam, saya boleh memakainya dan mencobanya. Soal ukuran pantas dan tidak pantas memiliki Camera DLSR, ternyata bisa saya tetapkan sendiri. Camera DLSR yang selama ini tertahan dipikiran,  sekarang benar-benar saya hadirkan sebagai kenyataan..... amin.....


salam jepret.....


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar