Laman

Senin, 30 Mei 2011

Kekuatan IBA



Saya curiga kalau apa saja yang saya peroleh hari ini lebih dari energi iba bukan energi usaha. Artinya ketika saya mendapat sesuatu itu bukan karena usaha saya, melainkan karena ada yang memberikannya pada saya. Saya bisa menulis kolom karena saya diberi kesempatan, bukan karena kehebatan saya. Kalau membaca ulang tulisan lama saya, saya merasa malu dan bersalah. Tapi yang luar biasa, ada pihak yang mau memuatnya. Jadi energi ‘diberi’  itu lebih dominan dari usaha.
Usaha ternyata hanya perlu secukupnya karena ia tidak pernah cukup. Sekuat-kuatnya cangkul tidak akan kuat menuntaskan semua ladang. Sejauh-jauh orang bepergian, masih jauh jumlah tujuan. Kalau saya bisa pergi jauh, itu bukan karena kemampuan saya, tapi karena jarak yang mendekat pada saya.
Saya tak pernah membayangkan pergi haji karena 3 hal, pertama: karena kelakuan saya, kedua: jauh, ketiga: mahal. Tapi hambatan-hambatan itu dikecilkan oleh alam untuk saya. Soal kelakuan saya, selalu tersedia orang-orang yang sabar dan mau memaafkan. Soal jarak yang jauh didekatkan  oleh pengetahuan yang membawa percepatan. Soal biaya yang mahal menjadi murah karena ada yang meringankan.
Saya bisa berusaha, tapi sekuat apapun akan cekak saja.  Fakta ini menunjukkan bahwa usaha saya hanya kelengkapan administrasi belaka. Tapi disinilah letak mahalnya. Usaha remeh tampaknya, tapi ia harus. Usaha sederhana tapi ia mutlak. Sebuah Surat Izin Mengemudi (SIM) hanya kertas dan stempel (adminsitratif) , tapi ia harus dimiliki jika anda ingin bebas berkendara. Mari menempati usaha, walau kekuatan kita hanya sekedar lambaian tangan. Bukankah karena lambaian tangan sebuah bus besar mau berhenti untuk kita?


salam jepret......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar